Android telah menjelma menjadi sistem operasi perangkat mobile terpopuler di dunia. Saking populernya, Bill Gates, pendiri Microsoft, sampai menyesal bahwa ia memberi kesempatan bagi Google untuk meluncurkan OS tersebut, yang pada akhirnya tak mampu dikejar perusahaan besutannya.
Lantas, bagaimana sejarah yang membentuk Android hingga bisa meraksasa seperti sekarang? Awalnya, ia didirikan oleh Andy Rubin, Rich Miner, Nick Sears, dan Chris White pada Oktober 2003 di Palo Alto, California, Amerika Serikat, sebagai sebuah perusahaan bernama Android Inc.
Pada awalnya, fokus perusahaan ini justur mengarah ke kamera digital, bukan smartphone. Hal ini terlihat saat mereka melakukan demo Android yang sudah terpasang di sebuah kamera dan memungkinkannya terhubung secara nirkabel dengan komputer.
Dari situ, komputer dapat terhubung pada Android Datacenter sehingga pemilik kamera dapat menyimpan foto secara online di server cloud. Hal tersebut dilakukan Andy dkk pada 2004 untuk menarik perhatian para investor agar mau menyuntikkan dana.
Semuanya berubah pada 2005. Saat itu, Andy bertemu dengan Larry Page, salah satu pendiri Google, di kantor pusat raksasa mesin pencari itu.
Andy kemudian menjelaskan kepada Larry bahwa ponsel semakin menuai popularitas. Meski begitu, ada satu kekurangan yang dilihat sosok berkepala plotos itu, yakni terjebaknya industri perangkat mobile pada sistem operasi tertutup.
Maka dari itu, Andy merasa punya solusi dengan Android, platform mobile open source yang bisa dipasang pada semua ponsel dari vendor mana pun. Android dikatakannya punya spirit Linux, tapi akan sepopuler Windows. Andy pun turut memberikan prototipe dari OS tersebut, yang lalu dipegang oleh Larry.
Ketika itu, Andy sejatinya tidak terlalu menginginkan uang dari Larry, namun mengharapkan dukungan. Dia menilai akan menarik lebih banyak pendanaan datang jika ada dukungan dari nama besar Google.
Sedangkan Larry, pada saat itu, mengakui bahwa komputer PC lambat laun akan kehilangan popularitasnya dan digantikan perangkat mobile. Meski demikian, ia berpikir kemampuan ponsel masih kurang mumpuni, belum lagi software-nya yang berbeda-beda. Dirinya juga merasa iklan dan layanan Google bisa jadi akan tampil kurang bagus di ponsel.
Walau begitu, Larry takut ranah perangkat mobile akan dikuasai pesaing beratnya, Microsoft. Kala itu, Windows Mobile sedang tumbuh pesat.
Larry pun akhirnya memutuskan tidak hanya sekadar mendukung, namun ingin membeli Android secara keseluruhan. Jadilah Google meminangnya pada Juli 2005, dengan harga ditengarai menyentuh USD 50 juta, atau sekitar Rp 485 miliar kala itu.
0 Komentar